Selasa, 02 November 2010

warna mengungkapkan rasa

langit gelap, dengan semburat biru dan cahaya saat matahari terbit, bau dari kabut yang bercampur sedikit tanah. ayam yang berkokok sejak pukul 01.00 dini hari sampai detik ini..... suara kendaraan yang terdengar dari kejauhan. sawah yang terlihat berbeda, tak hijau karena telah panen. sisa hujan semalam, membuat air menjadi keruh, mengaliri semuanya. memberi kehidupan.

setelah kilatan petir menyambar semalaman dan menakut-nakuti beberapa bocah. namun kesenangan baru dimulai saat orkestra katak memainkan melodi yang memikat. kata seseorang malam ini dia akan melakukan pemotretan dari surga. kilat kuning, merah, dan jingga. begitu cepatnya seperti seseorang yang baru datang mampir kemarin, namun lekas dia pegi sesaat setelah menerima telefon

laut biru atau hijau. dan pertemuan antara mereka, ada batas karena perbedaan yang tak dikehendaki
gulungan ombak memecah dan putih. membawa ombak bermata dua. jika mengikuti mungkin akan sampai pada daratan pasir oranye yang penuh ceria, atau terbawa sampai hilang di samudera luas dan dalam, buas dan liar. tak tau apa yang akan ditemui. teman atau musuh sulit ditebak.

petang adalah batas antara terang dan gelap..... apakah seseorang yang menanti di ujung jalan itu menemui sahabatnya.

matahari itu labil, keceriaan dan kehangatan ada saat kedatangannya. kamu dan aku mungkin bisa bicara sejenak untuk memulai hari. apa yang dilakukan, lakukan semaumu, asal jangan ada yang tersakiti karena senyuman itu. lidah yang bergerak tak teratur itu menipu. tapi ada seseorang yang saat melihatnya mau maunya dibohongi. terik panas dan es berkeringat. haus di tengah gurun itu masalah bila satu-satunya oase disana telah dikuasai orang tamak. hanya bisa menemukan bola penuh duri

bulan setengah di anggal 1, masih ada harapan disana meski terseok-seok akan nasib cahayanya yang entah semakin meredup atau bersinar. meski ribuan bintang, bahkan jutaan disana yang memiliki cahaya dan pesonanya sendiri, tapi kenapa hanya 1 yang bisa kulihat dengan jelas. tanpa harus menutup salah satu mataku. bulan dengan ujung yang tersembunyi.bulan, kenapa tak memiliki cahaya sendiri dan harus bergantung kepada matahari. apa dia bodoh. tentu tidak. sebenarnya saat matahari datang menemuinya, tak satupun bintang disana. apa kamu juga pernah melihatnya??
mereka membuatku iri


seperti bunga krisan di pertemuan. apapun yang dipakai gaun hitam ataupun tuxedo putih. dia pasti ada, entah apa ada yang menyadari kesetiaannya. tapi ada bunga yang egois, tanpa melakukan apa apa dan tanpa berkorban dia selalu yang diingat dan jadi pembicaraan. orang orang selalu percaya padanya. dialah mawar dengan kelopak mempesona. apakah krisan kuning ini cemburu, berfikir sempit dan dangkal. hingga dia jadi layu. tapi diam diam tanpa krisan kuning tau ada seseorang yang mengamatinya sejak lama, melindunginya dari orang-orang, sehingga membuatnya kesepian. ironi krisan kuning


darah ku tak semua berwarna merah, ada bagiannya yang putih sebagai pertahanan diri, kepingan permen ikut dalam sungai kuning. warna merah pada darah kuanggap merah yang paling sempurna, merah yang terbaik, merah darah indah. tak bisa kubayangkan manusia tanpa darah, kering dan tak elastis. darah memberikan jiwa, petunjuk jalan hidup dan garis berwarna. dimana dia akan jatuh, akan tumbuh, darah yang sama, hati berbeda dan tujuan berlawanan. namun darah adalah pengingat agar mereka berasal dari 1 tetes, memberikan 1 persamaan agar selalu bersama meski beda pemikiran.


awan itu seperti kapas putih bersih dan lembut. namun kadang ternoda. membuatnya semakin kelam dan gelap menjadi keras dan tak nyaman lagi. dingin tanpa emosi


angin bisa berakibat buruk untukku, merusak nafasku, dan mendera jantungku dengan 1000 tusukan. aku tak bisa bernafas. namun aku tak bisa menyalahkan seseorang atas keberadaannya. dia telah ada sebelum aku mengenal rasa tapi di dalam dirinya ada jiwa yang kuatnya tak pernah ada orang lain yang tau. jiwanya sendirian masih berdiri menantang waktu. meski perlahan dia merapuh. sejak awal dia telah meramalkan kekalahannya. namun kapan?? tak ada yang tau. saat angin terakhir berhembus, aku menatap wajahnya dan dia tersenyum. tersenyum atas runtuhnya kerajaan buminya.
dia tau apa yang tidak diketahui beberapa orang lainnya, termasuk aku. aku masih mencari arti dari senyumannya. senyuman pada saat angin menerpadan kening terasa basah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar